Pemasaran Sandal Jepit
Banyak sekali produsen sandal jepit di indonesia baik itu produsen kecil, sedang atau besar. merk sandal jepit
pertama di indonesia adalah sandal Melly kemudian di susul sandal
swallow dan seterusnya. Para produsen ini membuat sandal dengan harga
terjangkau tapi ada juga yang membuat produk sandal dengan model yang
bagus dan harganya agak tinggi.
Menurut pengalaman saya di bidang pemasaran sandal jepit masyarakat membeli sandal jepit karena harganya yang murah jadi apabila harga sandal jepit
melebihi harga eceran 15 ribu per pasang maka sulit sekali sandal
tersebut akan laku.
Saluran distribusi sandal jepit yaitu dari Produsen- distributor-
grosir/agen-sales-toko pengecer-konsumen akhir.dari semua merk sandal
jepit sandal swallow
yang paling berat bobotnya, satu karung sandal swallow berisi 20 duzin
dan itu berat sekali jika di angkat oleh satu orang maka dari itu jika
pedagang tidak teliti dengan perhitungan maka dia bisa rugi karena
membutuhkan banyak tenaga kerja sedangkan keuntungan yang di ambil
setiap duzinnya hanya sedikit hampir sama dengan pedagang plastik.
Distribusi sandal ke toko-toko pengecer lebih efektif jika dilakukan
dengan cara jemput bola, artinya pemasaran dengan mengandalkan sales2
keliling. Mereka biasanya tidak hanya berkeliling membawa sandal jepit
saja tapi juga membawa kapas, alat tulis, bola dan lain2, karena jika
membawa sandal saja berat bobotnya berat juga labanya karena kurang
variatif.
Toko-toko pengecer biasanya mengambil keuntungan antara seribu sampai
dengan 2 ribu rupiah per pasang. masyarakat lebih suka jika di toko
pengecer banyak pilihan sandal dengan motif yang lucu dan variatif akan
tetapi sandal berwarna polos masih banyak juga diminati masyarakat.
Sebelum kejadian ini pun, penulis sering sekali mendapatkan kritikan dari beberapa orang teman mengenai masalah sandal jepit. Ada dari mereka yang berkata, kalau sandal jepit itu tak layak dipakai untuk berpergian, cocoknya buat ke toilet. Dia bahkan menganjurkan penulis untuk tidak memakai sandal jepit itu lagi. Lalu dari orangtua penulis sendiri pun, sering memberikan nasihat untuk tidak memakai sandal jepit, dengan alasan yang kurang lebih sama, yaitu tidak bagus buat berpergian. Memang setiap saran dan kritikan yang diberikan tidaklah salah, malahan hal tersebut merupakan wujud dari kepedulian mereka. Akan tetapi, apa ada yang salah dengan sandal jepit?!
Kalau Anda berpendapat memakai sandal jepit modelnya tidak keren atau tidak bagus, mungkin Anda benar. Kalau Anda berpendapat bahwa memakai sandal jepit di acara-acara resmi tidak pas dengan penampilan Anda, mungkin pendapat Anda benar menurut Anda. Kalau dikatakan bahwa sandal jepit tidak sesuai dengan mode zaman sekarang, kemungkinan juga memang benar. Tetapi kalau Anda bilang memakai sandal jepit itu tidak sopan, Anda salah besar. Apakah batas kesopanan seseorang dinilai dari sandal jepit!? Lagi pula kalau dilihat dari asal mula dan manfaat sandal jepit itu sendiri, apalah artinya beralas kaki bagus sekali pun, toh dasar tujuan dan manfaat kegunaannya sama. Zaman dahulu sebelum munculnya alas kaki bagus, bermodel, dan berharga mahal seperti sekarang ini, tentu sandal jepit yang baru pertama kali diketemukan amatlah populer dikalangan masyarakat pada saat itu. Tetapi di sini kita tidak akan berbicara mengenai sejarah sandal jepit dan sebagainya, apalagi membicarakan kesalahan saya perihal tak sengaja memakai sandal jepit di acara seminar. Akan tetapi, mari kita perhatikan bagaimana cara kita memandang dan menilai sesuatu. Terkadang kita terlalu berpikir picik terhadap sesuatu, kita terlalu mengutamakan suara yang terbanyak adalah suara yang paling baik dan benar. Tradisi yang turun-temurun adalah yang paling baik dan benar. Gaya hidup populer yang sedang digandrungi adalah yang paling baik dan benar. Apa kata orang pintar, terkenal, kaya raya, berwibawa, atau berpengaruh adalah yang paling baik dan benar. Kalau kita menilai sesuatu berdasarkan itu semua, terlebih lagi berdasarkan penampilan, kita tidak akan pernah tahu dan mengerti akan kebenaran yang sesungguhnya.
Buddha Gautama sendiri pernah berkata kepada Kaum Kalama mengenai bagaimana sesuatu itu dianggap benar, Buddha berkata :
“Jangan percaya kepada apapun hanya berdasarkan wahyu atau pemaparan,
“Jangan percaya kepada apapun hanya berdasarkan tradisi turun temurun,
“Jangan percaya kepada apapun hanya berdasarkan kabar angin,
“Jangan percaya kepada apapun karena hal itu sesuai dengan kitab-kitab suci,
“Jangan percaya kepada apapun hanya berdasarkan logika,
“Jangan percaya kepada apapun karena sekilas hal itu tampak benar,
“Jangan percaya kepada apapun hanya melalui alasan yang masuk akal
“Jangan percaya kepada apapun karena disokong sejumlah materi
“Jangan percaya kepada apapun karena tampaknya demikianlah yang akan terjadi
“Jangan percaya kepada apapun hanya karena berpikir orang itu adalah petapa yang dihormati. Namun, bila kalian sendiri tahu bahwa sesuatu itu, tidak pantas untuk dilakukan, tercela dan dikecam oleh para bijaksana, bila hal-hal itu dilakukan dan diupayakan akan menuntun menuju kemudaratan (tidak baik atau merugikan) serta penderitaan, maka tinggalkanlah hal-hal itu.”
Ini berarti untuk mengetahui kebenaran sesungguhnya, kita jangan mudah percaya pada apa pun (termasuk ucapan saya) sebelum membuktikan terlebih dahulu kebenarannya itu secara bijaksana, (Ehipassiko) datang, lihat dan buktikan.
Maksud dari ehipassiko itu sendiri mengajarkan kita untuk tidak memandang dari satu sisi saja. Seperti halnya pengunjung dan panitia seminar yang mempersoalkan masalah sandal jepit. Kalau Anda menilai orang yang memakai sandal jepit tidak sopan, berdasarkan karena sandal jepit sehari-harinya digunakan untuk ke toilet, Anda sudah memandang dari satu sisi. Kalau Anda berpikir orang yang memakai sandal jepit tidak sopan berdasarkan karena nilai sandal jepit di mata mode, penampilan, gaya hidup zaman sekarang dikatakan tidak layak untuk dipakai ke tempat-tempat resmi atau mewah, Anda juga hanya memandang dari satu sisi. Lalu, jika Anda juga menilai orang yang memakai sandal jepit tidak sopan berdasarkan karena memang kebanyakan orang berkata dan berpendapat demikian, berarti Anda pun hanya memandang dari satu sisi saja.
Kalau Anda memandang dan menilai dari berbagai sisi, mungkin Anda tidak akan pernah berpikir kalau seseorang yang memakai sandal jepit dalam seminar atau acara resmi lainnya tidaklah sopan. Karena tentunya Anda juga akan melihat hal tersebut dari sisi lainnya, dari sisi yang berbeda yaitu dari segi manfaat dan kegunaan alas kaki itu sendiri, memandang dari segi alasannya, atau bahkan yang lebih ekstrim lagi Anda akan melihat dari segi sejarah dimana manusia awalnya tidak beralas kaki, dan kalau sudah begitu apalah artinya sepasang alas kaki!?
Janganlah menilai buku dari sampulnya sebelum Anda membacanya, seperti juga halnya menilai seseorang dari penampilannya sebelum Anda tahu siapa dia dan mengapa berpenampilan seperti itu. Karena setiap orang terkadang punya alasan sendiri mengenai penampilannya.
.
Kampung Gandekan atau yang sekarang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta adalah bagian dari kampung urban yang terbentuk seiring dengan perkembangan Kota Surakarta atau saat ini lebih dikenal luas dengan nama Kota Solo itu sendiri. Kampung Gandekan terbagi menjadi Gandekan Tengen dan Gandekan Kiwo. Nama kampung Gandekan sendiri berasal dari nama abdi dalem dari Kraton Kasunanan Surakarta yaitu Gandhek, yang terdiri dari 2 golongan yaitu Gandhek Tengen (Kanan) dan Gandhek Kiwa (Kiri), sehingga nama kampung tempat abdi dalem gandhek tinggal itu akhirnya disebut dengan kampung Gandekan Tengen dan kampung Gandekan Kiwa.
Kampung Gandekan juga merupakan salah satu kampung yang berbatasan langsung dengan aliran Kali Pepe, Masyarakat Kota Solo secara turun temurun menganggap Kali Pepe sebagai bagian dari memori kolektifnya. Sungai tersebut ikut menentukan sejarah Kota Solo. Bila mengkaji Kali Pepe dalam perspektif sejarah, kita akan menemukan banyak kisah yg berserak. Kuntowijoyo(2000) menulis, pemilihan lokasi Keraton Surakarta di desa Sala pada abad XVIII didasarkan atas pertemuan Kali Pepe dengan Bengawan Semanggi yg disebut tempuran. Masyarakat Jawa percaya bahwa tempuran memiliki kekuatan magis. Lagi pula, pada periode itu di tempuran tersebut merupakan jalur perdagangan. Tempo dulu , Kali Pepe menjadi urat nadi perdagangan di Pasar Gedhe.
...
Semangat Pengrajin ;p
Posisi kampung gandekan yang secara geografis berada di aliran Kali Pepe memberikan dampak yang positif dan negatif. Secara positif merupakan kawasan strategis perdagangan yang sangat menguntungkan diperkuat dengan letaknya yang dekat dengan Pasar Gedhe Hardjonegoro, pasar tradisional terbesar di pusat kota Solo sehingga memunculkan industri-industri rumahan. Sedangkan dampak negatif yang ada adalah selalu menjadi kawasan langganan banjir sehingga menjadikan penduduk kampung gandekan selalu was-was jika musim penghujan tiba. Bisa jadi banjir terjadi karena kiriman dari hulu kali Pepe maupun limpahan banjir dari Bengawan Solo.
Salah satu industri rumahan yang ada di kampung gandekan adalah kerajinan sandal kulit. Adalah Ibu Suyamto, sebagai pelopor industri rumahan kerajinan sandal kulit yang secara tradisional masih menggunakan perlengkapan sederhana dan mengandalkan keuletan dan ketelitian dari pengrajin itu sendiri yang mengolah bahan baku kulit mentah hasil penyamakan dari magetan menjadi sandal kulit yang siap pakai dengan beragam jenis model baik untuk wanita maupun pria.
Ibu Suyamto adalah generasi kedua dari pengrajin sandal kulit kampung gandekan, Ayah dari ibu Suyamto adalah pelopor dari industri ini. Beliau sudah mulai mengerjakan kerajinan sandal kulit ini sejak 40 tahun lalu dan mendapatkan pasar yang cukup baik di Kota Yogyakarta sehingga pada akhirnya pada masa kejayaannya, dapat diteruskan oleh Ibu Suyamto dan pengrajin lain sampai sekitar 30 pengrajin dengan pasar yang sama, hanya berkonsentrasi di Kota Yogyakarta..
Memasuki tahun 1998 hingga 2010, karena kebijakan pasar bebas memberikan peluang kepada produsen asing untuk masuk ke Indonesia memberikan tawaran bagi konsumen Indonesia, salah satunya adalah produsen sandal dari china. Tawaran harga yang lebih murah dari sandal kulit china, harga bahan baku kulit dan karet yang terus mengalami kenaikan serta tidak diikuti oleh kenaikan harga jual sandal kulit produksi kampung gandekan dan strategi marketing yang konvensional-hanya mengandalkan pasar yogyakarta yang terus lesu- akhirnya membuat pasar industri rumahan sandal kulit kampung gandekan menjadi menurun dan bangkrut, dari 30 pengrajin menjadi tinggal 1 yaitu sandal produksi ibu suyamto pada akhir tahun 2010.
...
- dengan semua proses yang panjang kami lahir kembali dengan semangat yang baru dan membangun untuk kampung ku ;) -
salam hangat kami,
para pengrajin sandal kulit bu yamto ;)
Posisi kampung gandekan yang secara geografis berada di aliran Kali Pepe memberikan dampak yang positif dan negatif. Secara positif merupakan kawasan strategis perdagangan yang sangat menguntungkan diperkuat dengan letaknya yang dekat dengan Pasar Gedhe Hardjonegoro, pasar tradisional terbesar di pusat kota Solo sehingga memunculkan industri-industri rumahan. Sedangkan dampak negatif yang ada adalah selalu menjadi kawasan langganan banjir sehingga menjadikan penduduk kampung gandekan selalu was-was jika musim penghujan tiba. Bisa jadi banjir terjadi karena kiriman dari hulu kali Pepe maupun limpahan banjir dari Bengawan Solo.
Salah satu industri rumahan yang ada di kampung gandekan adalah kerajinan sandal kulit. Adalah Ibu Suyamto, sebagai pelopor industri rumahan kerajinan sandal kulit yang secara tradisional masih menggunakan perlengkapan sederhana dan mengandalkan keuletan dan ketelitian dari pengrajin itu sendiri yang mengolah bahan baku kulit mentah hasil penyamakan dari magetan menjadi sandal kulit yang siap pakai dengan beragam jenis model baik untuk wanita maupun pria.
Ibu Suyamto adalah generasi kedua dari pengrajin sandal kulit kampung gandekan, Ayah dari ibu Suyamto adalah pelopor dari industri ini. Beliau sudah mulai mengerjakan kerajinan sandal kulit ini sejak 40 tahun lalu dan mendapatkan pasar yang cukup baik di Kota Yogyakarta sehingga pada akhirnya pada masa kejayaannya, dapat diteruskan oleh Ibu Suyamto dan pengrajin lain sampai sekitar 30 pengrajin dengan pasar yang sama, hanya berkonsentrasi di Kota Yogyakarta..
Memasuki tahun 1998 hingga 2010, karena kebijakan pasar bebas memberikan peluang kepada produsen asing untuk masuk ke Indonesia memberikan tawaran bagi konsumen Indonesia, salah satunya adalah produsen sandal dari china. Tawaran harga yang lebih murah dari sandal kulit china, harga bahan baku kulit dan karet yang terus mengalami kenaikan serta tidak diikuti oleh kenaikan harga jual sandal kulit produksi kampung gandekan dan strategi marketing yang konvensional-hanya mengandalkan pasar yogyakarta yang terus lesu- akhirnya membuat pasar industri rumahan sandal kulit kampung gandekan menjadi menurun dan bangkrut, dari 30 pengrajin menjadi tinggal 1 yaitu sandal produksi ibu suyamto pada akhir tahun 2010.
...
- dengan semua proses yang panjang kami lahir kembali dengan semangat yang baru dan membangun untuk kampung ku ;) -
salam hangat kami,
para pengrajin sandal kulit bu yamto ;)
..............................................................................................................................................................................................................................
HISTORY
Kampoong Gandekan stands on riverbank Pepe River. It gives two impacts for kampoong itself. First, its position provides strategical issues of trade nearby the Pepe River as transportation way to the Pasar Gedhe (Traditional Great Market in Solo) at past therefore raise up home industries. Second, the kampoong always be a flood area comes from Pepe River, so the residents affraid when it rains. One of the home industries in kampoong gandekan is traditionial sandal craft. its material comes from leather. We meet the last traditional sandal craftman , Mrs. Suyamto.She's the second generation of first sandal craftman on kampoong gandekan. Her spirit to maintain the craft gives us a fire to take a part of assistance, to raise up the memories of gotong royong-old times spirit in kampoong-which is decrease nowadays. She stands still in kampoong gandekan meanwhile she faces the flood every rainy season. for information, the traditional sandal crafts are part of micro-meaium bussiness (UMKM), UMKM gives 99 % of total bussiness in indonesia. so, why don't we go to take spirit from kampoong gandekan to better indonesia in every part of it.
Cintai Produk Dalam Negeri !
HISTORY
Kampoong Gandekan stands on riverbank Pepe River. It gives two impacts for kampoong itself. First, its position provides strategical issues of trade nearby the Pepe River as transportation way to the Pasar Gedhe (Traditional Great Market in Solo) at past therefore raise up home industries. Second, the kampoong always be a flood area comes from Pepe River, so the residents affraid when it rains. One of the home industries in kampoong gandekan is traditionial sandal craft. its material comes from leather. We meet the last traditional sandal craftman , Mrs. Suyamto.She's the second generation of first sandal craftman on kampoong gandekan. Her spirit to maintain the craft gives us a fire to take a part of assistance, to raise up the memories of gotong royong-old times spirit in kampoong-which is decrease nowadays. She stands still in kampoong gandekan meanwhile she faces the flood every rainy season. for information, the traditional sandal crafts are part of micro-meaium bussiness (UMKM), UMKM gives 99 % of total bussiness in indonesia. so, why don't we go to take spirit from kampoong gandekan to better indonesia in every part of it.
Cintai Produk Dalam Negeri !
Sandal yang terkenal di Bali
aq amati tuh sandal bentuknya mirip dengan sandal jepit biasa cuma bedanya ada pernak perniknya namanya mote gitu.
aq cobain empuk empuk juga. harganya juga lumayan murah sih... cuma ndak bawa uang.
dalam pikiranku apa sudah ada yang jual ya sandal ini. aq searching lewat om google terus ketemu linkya sandal jepit bali monte
ternyata bali memilki banyak sandal yang cukup terkenal .